Pendamping ke Tanah Suci Meniti Jejak Peradaban Nabi

Hikmah Rukun Sa’i yang Diajarkan Ibunda Siti Hajar

Kategori : Umrah, Haji, Ditulis pada : 02 Maret 2024, 11:20:21

Berbicara mengenai ibadah haji dan umrah pastinya sangat menarik bagi kaum muslimin, apalagi bagi Anda yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalani ibadah ke tanah suci. Banyak hikmah yang dapat Anda ambil dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain meningkatkan spiritualitas Anda, Anda dapat memaknai setiap ibadah yang Anda tunaikan ketika di tanah suci.

Terutama ketika menjalankan rukun-rukun haji dan umrah, diantaranya adalah sa’i. Sa’i merupakan rukun ketiga setelah ihram dan thawaf. Serupa dengan rukun-rukun yang lain, sa’i mempunyai karakteristik khusus dalam aktivitasnya. Istimewanya lagi, Anda dapat memetik hikmah dari sejarah mengapa sa’i menjadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Menurut bahasa, sa’i berarti usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya lari-lari kecil bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan terakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa yaitu sejauh 400 meter, sehingga total jarak yang Anda tempuh  kurang lebih 3 kilometer jika bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentu saja, Anda wajib mempersiapkan kesehatan tubuh sebelum melaksanakan rukun ini. Misalnya, olahraga secara teratur seperti berjalan sekian langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat menambah kekuatan fisik Anda. Sehingga tubuh Anda jauh lebih stabil ketika menunaikan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Rukun Sa’i

Bila menilik sejarahnya, sa’i ini berawal dari kisah Nabi Ibrahim saat diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Palestina ke Makkah. Waktu itu, merupakan hal yang berat bagi Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah yang tandus nyaris tiada kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan dibelakang suaminya, pun ketika Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di Makkah. Siti Hajar tidak mengerti dengan apa yang terjadi, berkali-kali ia bertanya pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Sampai ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab.

Hinga Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang memerintahkanmu, wahai Ibrahim?” Kemudian Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang memerintahku.” Dengan wajah yang berseri-seri kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menelantarkan kami.

Nabi Ibrahim pun pergi ke Palestina. Meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah gersang tersebut karena Allah SWT. Ia menyerahkan segala urusan kepada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga beriman kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan ditolong oleh Allah.

Selama berhari-hari ia berusaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Sampai suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena kehausan. Lalu, Siti Hajar berusaha mencari sumber air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berjalan cepat dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa tahu di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang tampak. Ia bolak-balik sebanyak 7 kali, sambil terus berdoa kepada Allah, yakin Allah akan memberikan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah hadirkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

Tidak diduga, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru hadirkan sumber mata air dari bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan hingga hari ini masih bisa Anda temuki yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, jika Allah telah menghendaki apapun bisa terjadi.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki cerita, disebut air zamzam karena sumber air tersebut terus memancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah bisa tenggelam bila hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berkata “Zamzam, zamzam!” yang berarti, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar namun sesuai kebutuhan.

Hikmah Sa’i

Belajar dari ibunda Siti Hajar, banyak sekali hikmah yang dapat Anda ambil dari rukun sa’i. Berbagai nilai-nilai positif yang dapat Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut hikmah yang bisa Anda simak:

Belajar Tentang Iman

Siti Hajar adalah salah satu hamba yang dicintai Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari reaksi beliau saat Nabi Ibrahim mengungkapkan bahwa apa yang dikerjakannya adalah karena perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tidak akan menelantarkannya, walaupun kenyataannya ia tinggal di tanah yang tandus saat itu.

Bersikap Tawakkal

Siti Hajar juga memperlihatkan betapa ia sangat tawakkal kepada penciptanya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal adalah sikap menggantungkan segala apa yang terjadi sesuai dengan kemauan Allah. Oleh karena itu, dalam sikap tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di sana. Tugas kita adalah berusaha, tetapi soal hasil Allah yang menentukan. Sehingga tetap memasrahkan diri kepada Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan dan Yang Maha Menghendaki.

Mendahulukan Ikhtiar

Seperti yang disebutkan di atas, tawakkal harus diiringi dengan usaha. Ibunda Siti Hajar memberi contoh bagaimana ia tiada berputus asa menemukan sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia terus bergerak tanpa henti, menyertai keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berikhtiar. Sehingga Allah datangkan rahmat berupa mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berusaha dengan cara apapun selama itu dengan jalan yang diridhoi Allah. Akan tetapi, kadang Allah hadirkan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka. Tak selalu dari apa yang Anda inginkan, tetapi tetap meyakini bahwa itulah yang terbaik versi Allah.

Ikhlas

Sebagai penutup, dari sa’i Anda bisa belajar tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menerima ketetapan takdir yang Allah berikan, taat kepada perintah-Nya dengan ikhlas tanpa mengeluh saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membesarkan Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya rasa ikhlas, akan sulit menerima ketetapan Allah, sebab sifat manusia yang tak pernah puas.

Nah, itulah hikmah rukun sa’i yang bisa Anda ambili dari kisah Siti Hajar. Semoga dapat menambah keimanan Anda, juga semakin bersemangat saat menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id